Saya melakukan
perjalanan bersama kelas perhotelan selama 3 hari 2 malam sesuai rencana saat
itu hari Jumat tanggal 3 April 2015 hingga 5 April 2015. Rundown acara telah
dibuat dan akan mengunjungi gunung Padang dan curug Cikondang. Ini merupakan
kali pertama saya mengunjungi lokasi wisata tersebut, ini akan menjadi
menyenangkan karena saya pergi bersama teman kuliah.
Saya telah
mempersiapkan keperluan guna perbekalan perjalanan tersebut sehari sebelumnya.
Hanya 3 pasang pakaian, keperluan mandi, P3K, pakaian hangat seperti jaket,
kaos kaki karena kita akan tinggal di vila yang berada di pucuk gunung hal
tersebut sangat diperlukan karena suhu yang begitu rendah.
Namun masih ada
keperluan yang sebenarnya penting tapi saya tidak sempat persiapkan yaitu makanan,
beruntung bapak saya, yang saat itu dalam perjalanan pulang kerumah dari kantor
bisa saya minta tolong untuk dititipi untuk membeli perbekalan makanan di
minimarket. Perbekalan berupa pengisi perut ini adalah air mineral, mi seduh,
snack, keripik, abon sangat penting untuk dibawa. Abon hanya tambahan saja,
tapi bagi saya penting sebagai teman makan.
Karena sudah
dijadwalkan berkumpul jam 06.30 maka saya tidur tidak terlalu malam, namun
mungkin karena terlalu bersemangat untuk trip besok bersama teman sekelas agak
sulit rasanya untuk tidur. Berbagai cara saya lakukan hingga akhirnya saya
tertidur, mungkin sekitar jam 23.00 setelah
susah tidur.
Saat pagi saya
bagun kesiangan, terlambat dari jadwal yang saya rencanakan seharusnya saya
bangun jam 04.00 namun saya bangun jam 05.30. sontak saya terbangun dan
meloncat dari tempt tidur untuk sholat, prepare serta memeriksa barang bawaan.
Saya berangkat dari rumah kurang lebih jam 07.00 diantar bapak dan adik.
Beruntung jalanan tidak terlalu padat. Saya sampai kampus, tempat dimana titik
kumpul peberangkatan saya dan rombongan teman kelas.
Terlihat 2 mobil
terparkir yang kami sewa untuk perjalanan 3 hari 2 malam ini. Sebelum berangkat
saya dan beberapa teman sarapan bubur yang kebetulan pedagangnya lewat didepan
kami. Tidak lama setelah selesai makan teman-teman, saya berkumpul persiapan
berangkat, dan dosen kami memberikan sambutan serta meminta salah satu teman
untuk memimpin doa. Dan kurang lebih jam 08.00 kami berangkat. Saya duduk di
dekat jendela agar lebih leluasa melihat pemandangan saat menempuh perjalanan,
dan di dalam perjalanan pun saya selalu berdoa untuk kelancaran, keamanan,
kebaikan kami dalam perjalanan.
Karena
perjalanan kami bertepatan dengan liburan panjang weekend, tentu arus
perjalanan kami agak tersendat, namun semua itu tidak terasa berat karena alam
sekitar hijau asri menenagkan untuk di pandang. Sesekali ada rasa deg-degan dan
takut karena jalan menanjak dan bebatuan, namun kebersamaan dengan teman
sekelas yang kompak, solid membuat kami selalu bersemangat.
Di puncak kami
beristirahat sejenak untuk isi behan bakar, ada juga yang ke toilet, dan sholat
serta membeli makanan khas seperti gemblong dan tahu yang dijajakan. Setalah
istirahat dirasa cukup kami melanjutkan
perjalanan. Dari puncak menuju vila yang kami sewa di gunung padang memakan
waktu 2 jam dan selama perjalanan kondisi jalan kurang baik, seperti jalan yang
tidak rata karena bebatuan dan terjal.
Tidak ada yang
bisa kita lihat dari sekitar karena hari sudah mulai malam dan tidak ada
fasilitas pencahaan yang memadai. Ditambah embun yang menutupi kaca jendela
mobil yang saya tumpangi. Akhirnya hingga jam 19.42 kami sampai di gunung
padang dan memarkirkan mobilnya di pintu masuk situs gunung padang tersebut.
Hanya perlu
berjalan kaki sedikit rombongan kelas sampai di vila, vila yang kami sewa ada
dibawah jalan raya, bagus dan halamannya luas. Tidak perlu menunggu lama saya
segera menata barang bawaan dan mandi. Sementara ada teman saya yang memiliki
keahlian memasak bertempur di dapur untuk memanjakan lidah kami dengan maskan
yang mereka buat.
Malam pertama kami
di vila tidak banyak aktifitas karena lelah perjalanan yang macet dan lama
membuat kami ingin segera membaringkan tubuh dan tidur, lagipula keesokan
harinya sebelum matahari terbit kami sudah harus mendaki gunung padang untuk
melihat sunrise dipuncaknya. Namun sebelum tidur kami makan masakan teman-teman
yang sudah tidak diragukan lagi keahliannya dalam memasak.
Keesokannya,
hari kedua kurang lebih jam 05.00 kami telah siap di lapangan untuk mendapat
arahan dari dosen tentang tugas kami dan keselamatan dalam perjalanan, lalu kami
keluar dari vila dan memulai perjalanan kami mendaki. Ada dua jalur untuk
menempuh perjalanan ke puncak. Jalur kanan dengan jalan yang landai tapi jauh,
karena jalan memutar dan jalur kiri dengan jalan yang terjal tapi dekat dan
tidak memakan waktu lama.
Jiwa muda dari
teman-teman rombongan kelas perhotelanku ini sepakat menggunakan jalur kiri. Tantangan lebih menyenangkan bagi mereka, alhasil saya yang tidak tahu jalan
mengikuti saja dari belakang. Setiap lima langkah saya berhenti untuk menghela
dan mengatur nafas, detak jantung rasanya berdetak lebih kencang dari biasanya.
Seperti mengikuti perlombaan lari maraton, terlalu berlebihan, tapi memang itu
yang saya rasakan.
Teman saya sudah
ada yang sampai di puncak, dan ada juga yang mendokumentasikan wajah lelah dari
semua teman. Akhirnya saya sampai, dan saya merasa haus. Namun disitulah saya
merasa sedih, saya tidak bawa air mineral. Betapa bodohnya saya hingga saya
lupa membawa aset berharga itu. Tapi untungnya teman saya ada yang berbaik hati
membagikan minumannya.
Dan saat saya
membalikkan badan dan melihat pemandangan betapa terkejutnya, saya berada
diatas awan. Segera saya mengambil telepon genggam untuk mengabadikan keindahan
alam ciptaan Allah ini. Situs gunung padang ini merupakan situs peninggalan
kebudayaan Megalitikum di jawa barat. Dan merupakan kompleks punden berundak
terbesar di Asia Tenggara.
Bagi yang
membawa handphone sekedar informasi, kerena lokasi gunung padang ini mengandung
daya taikan magnet yang kuat jaringan sinyal tidak terbaca dan batrai cepat
habis. Lokasi situs Gunung padang ini berada di desa Karyamukti, kecamatan
Campaka, kabupaten Cianjur. Umumnya lokasi ini sering dikunjungi oleh peneliti,
walaupun banyak juga wisatawan lokal dan asing.
Ternyata saya
masih berdiri di teras 1 dari 5 teras, jadi disitus ini terbagi atas 5 teras. Rasanya
ingin duduk sebentar, karena lelah, dan mengira tanah yang saya pijak adalah
puncaknya. Beberapa teman saya mengabadikan momen dan saya ikut bergabung,
dosen perhotelan pun ikut. Karena kita datang sebelum jam resmi dibukanya situs
gunung padang ini kami tidak di pandu oleh guide, tapi untung saja ada beberapa
teman yang sebelumnya sudah mensurvei dengan mengunjungi situs ini kemarin
mengingat setiap makna dari hal-hal yang ada di gunung padang.
Sebelum masuk ke teras 1 terdapat pintu masuk atau pintu gerbang ke punden berundak Gunung Padang. Pintu masuk ini terdapat 2 batu persegi panjang yang berdiri seperti 2 tiang. Masuk ke teras 1 terdapat bukit masijid atau bukit bersujud. Bukit masijid ini punya arti sebagai tempat bersujud. Masih di teras 1, terdapat 2 batu musik. Satu terletak di sebelah barat bernama Batu Bonang. Satu lagi bernama Batu Kacapi terdapat di sebelah Timur. Di teras 1 juga terdapat satu kotak yang terlihat dimana orang menaruh sesajen. Serta terdapat tempat duduk seperti singgasana yang menghadap langsung pada gunung pangrango.
Naik ke teras 2 terdapat Bukit Mahkuta Dunia. Dari bawah pohon Kemenyan ini pandangan ke bawah sangat lepas dan Gunung Batu di kejauhan tampak jelas. Di lantai dua ada dua yang tumbuh berdempetan, pohon kemenyan. Di teras 3, tepatnya di sebelah timur, ada Batu Tapak Maung berarti Harimau. Yang memiliki makna Ma dan Ung, yang artinya manusia unggul. Di teras 3 ini ada 9 cekungan tapi bukan jejak Harimau. Cekungan itu ada yang seperti bekas tapak tangan, tumit kaki, dudukan, dan tongkat.
Kalau
dihitung jumlahnya ada 9 cekungan, 9
cekungan itu berkaitan dengan Wali Songo, para penyebar agama Islam di
Indonesia. Konon, 'manusia unggul' yang
pernah duduk di sana sampai meninggalkan bekas itu adalah Prabu Siliwangi.
Di sini juga terdapat batu berukiran Kujang,
senjata khas Sunda. Kata kujang berasal dari kata ku dan ujang, maksudnya kamu
pegang, jalankan, telusuri apa makna yang terkandung pada Gunung Padang.

Pada teras 4 terdapat Batu Kanuragaan punya makna batu penguji. Di sini adalah ujian terakhir bagi siapa saja yang melakukan spiritual sebelum mencapat level tertinggi di teras 5. Di mana di teras yang permukaan tanahnya lebih tinggi itu terdapat Batu Singgasana Raja dan Batu Pendaringan.
Batu Singgahsana Raja ini adalah level terakhir
sebagai tempat perenungan dari teras 1 sampai teras 5. Konon tempat ini pernah digunakan bersemedi Sunan Ambu dan
Sunan Rama. Jadi pada intinya, pundek
berundak dengan 5 teras ini memapunyai simbol sebagai banyak tahapan yang harus
dilalui dalam mencapai keinginan dan tidak ada yang instan. Semua harus ada
proses. Pada sisi kanan terdapat bangunan baru dari besi 2 lantai dimana tempat
melihat matahari terbit.
Saya bertanya pada teman-teman saya sebagai pengunjung di situs gunung padang ini, hampir setiap teman yang saya tanyai merasa senang dapat melihat awan ada di bawah kaki kita melihat banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Hampir setiap orang baru pertama kali mengunjungi untuk mengetahui tentang gunung padang, dan ada beberapa yang kedua kalinya. Bagi peneliti mereka sering mengunjungi dengan alasan penelitian.
Namun
sayang tempat ini tidak banyak yang tahu, seperti saya saat ingin pergi
mengunjungi lokasi wisata ini, beberapa teman saya menanyakan lokasinya. Mereka
mengira saya akan pergi ke Sumatra, padahal lokasinya di Jawa Barat. Telah banyak
berubah dari situs megalitikum di gunung padang ini akibat tanah yang turun dan
penebangan pohon sehingga lokasi dari batu banyak yang berubah.
Padahal gunung padang dapat menjadi lokasi yang memiliki value lebih karena daya tariknya bagi peneliti maupun wisatawan lokal dan internasional jika lebih diperhatikan. saya tidak terlalu
lama di situs wisata ini, karena matahari semakin terik sehingga udara yang
tadinya sangat dingin berangsur memanas. Kami ke vila sebentar untuk
beristirahat karena jam 11.00 kami akan berangkat ke Curug Cikondang. Beberapa
teman ada yang membersihkan diri dan kami makan pagi bersama tentunya masakan
teman kami di seksi konsumsi.
Kemarin saat
perjalanan ke gunung padang kemarin kondisi gelap karena malam dan hari ini
kami berangkat tepat jam 11.00 karena kondisi yang cerah dan terik kami dapat
melihat ke indahan alam yang tidak dapat dilukiskan dan diucapkan oleh
kata-kata di sekitar kanan kiri terdapat perkebunan teh, awan yang menjulang
tinggi di langit tapi jalanan cukup curam itu yang membuat saya kadang merasa
merinding.
Perjalanan tidak memakan waktu lama, tapi memang tersa lama dan ingin ceat sampai tujuan karena alasan pusing dengan trek jalan yang dilalui, jika mudah mual atau masuk angin sisarankan membawa, obat penghilang mual atau minyak angin. Dan dari kejauhan sudah terlihat curug Cikondang ini, sangat indah namun jika di perhatikan dari dekat aliran airnya agak keruh.
Curug Cikondang ini ternyata merupakan jalur aliran emas, aliran airnya keruh hal tersebut karena penambangan emas oleh warga sekitar yang menggunakan air raksa. Tentunya hal tersebut yang menyebabkan pencemaran air. Dari tempat parkir rombongan kelas saya berjalan sekitar 5 menit, jalanan mengarah turun, dan disekitar banyak bunga liar yang membuat cantik alam sekitar, juga ada sawah.
Dan karena ke indahan dari curug Cikondang itu sendiri menyebabkan saya tergoda untuk menikmati aliran air terjun yang deras. Saya dan teman-teman menaiki bebatuan yang agak licin untuk mencapai curug lebih dekat, disarankan tidak menggunakan sepatu maupun sandal, bertelanjang kaki lebih baik untuk ke air terjun ini.
Karena kehidupan ini sudah tidak lepas dari kamera dari telepon genggam tentu. Hal yang wajar dan menjadi kewajiban untuk mengabadikan momen. Dingin dan segar rasanya, sampai-sampai saya lupa air curug Cikondang ini agak keruh. Setelah puas saya memutuskan untuk naik dan mengeringkan badan, sayang disini tidak ada fasilitas toilet, untuk sekedar membersihkan badan.
Sempat agak khawatir, mobil akan kotor dan basah jika kami tidak membersihkan diri. Setelah keluar dari lokasi. Tidak jauh dari tempat kami memarkirkan mobil terdapat rumah warga yang pemiliknya menawarkan rumahnya untuk tempat kami berganti baju, hanya berganti bukan toilet.
Terpaksa saya berganti baju disana, untuk membersihkan diri saya lakukan di vila. Sayang baju bersihnya jadi kotor karena badan kotor karena air terjun, rasanya badan agak gatal dan lengket mungkin kerena penambangan emas diatas air terjun tersebut yang membuang limbahnya langsung memalui air terjun.
Yang saya khawatirkan rasa gatal tersebut akibat bahan kimia yang digunakan para penambang tidak baik bagi kulit. Segera kami kembali ke vila, tapi saya sempat membei jajanan cilok untuk sekedar mengisi perut. Soal perjalanan tidak perlu ditanya lagi, persis seperti yang saya rasakan saat perjalanan vila menuju curug Cikondang ini.

Sesampainya di vila seluruh peserta perjalanan berebut menggunakan kamar mandi. Mandi belum sampai 1 menit sudah ada yang menggedor pintu minta bergantian. Benar- benar tidak nyaman. Sore harinya saya ikut mengganggu dapur untuk menjadi komentator rasa makanan. Teman-temanku memasak untuk malam harinya, menunya Nagomi, nasi goreng mi. Malam hari kami makan bersama. Setelah makan malam ada acara membakar singkong, bulan malam ini merah, disekelilingnya banyak awan. Ternyata hari ini tadi sempat ada gerhana bulan.
Sambil membahas tentang perasaan masing-masing tentang perjalanan ini, teman-teman bermain benteng di lapangan, sesekali terpeleset karena rumput yang licin. Tidak terasa sudah tengah malam, kami beristirahat sebentar karena keesokan harinya jam 04.00 kami akan melakukan perjalanan kembali ke Jakarta.
Kurang lebih jam 04.00 kami melakukan perjalanan kembali ke Jakarta, setelah merapikan dan membersihkan vila yang kami sewa. Ditengah perjalanan, tepatnya di puncak kami mampir ke pusat oleh-oleh, saya membeli cilok dan kripik bayam. Kami sampai di jakarta kembali, di kampus jam 12.00 dengan baik dan selamat. Alhamdulillah.
by : Laksmi Anggana Raras